Akhir - akhir ini
saya kembali disibukkan dengan membaca tulisan,tulisan yang menurut saya sangat mengagumkan,entah itu tentang cinta
ataupun tentang realitas hidup yang dari hari kehari seakan terus mengalami
stagnasi.....hingga tanpa sadar diri dan beserta instrumen2 yang membuat saya
tetap hidup sampai saat ini seperti kembali menemukan sesuatu yang perlahan
menjauh dan bahkan hilang....ini seperti metamorfosa ataupun reinkarnasi aktual
alam imaginal...ah mungkin juga ini karena hadirmu,yang kembali dari perjalanan
sunyi,yang tak pernah kutahu itu untuk apa,kemana dan darimana kau
memulainya.........empat bulan yang lalu,dimana saat itu aku masih disibukkan
dengan aktivitas,aktivitas yang dengan
penuh canda sering kukatakan" ini untuk kepentingan kemaslahatan
umat,kemaslahatan umat negeri yang semakin hari semakin membuat semua orang
seperti berada dalam labirin yang penuh lorong2 jebakan mematikan" saat
itu kau sekejap hilang,membawa sebuah harapan yang sempat kumimpikan untuk
membina suatu hubungan sebagai sepasang sahabat atau membangun sebuah hubungan dalam percintaan
hingga berakhir pada suatu hubungan fithrahwi dimana seorang lelaki mempunyai
seorang istri begitupun sebaliknya.......yah mungkin itu hanya sebatas
mimpi,dimana hanya waktu dan semesta yang mampu menjawabnya........
Seperti biasa, dia
berjalan mengitari hari yang hampir saja senja. Entah apa yang berusaha Dia
temukan.yang jelas,ini hampir menjadi rutinitasnya.hingga Dia hampir lupa, jika
malam telah memanggilNya untuk kembali keperaduan. Sepertinya ada ketakutan
tentang esok yang masih samar, ketakutan akan sejarah hidup yang mungkin saja
berakhir bersama dengan hilangnya rona sunset, yang membuatnya tetap disitu
hingga tepi terakhir dari tiap senja yang dilewtinya.
Aku hendak bertanya,
tentang waktu yang Dia lewati bersama senja,
tapi,, setiap kali kekuatan ku muncul untuk bertanya, sepertinya Dia
telah tersadar oleh panggilan malam. aku ingin sepertiNya, tapi aku sendiri
tidak tau, adakah sesuatu yang membut aku kuat mengitari hari yang hampir
senja… satu jawaban yang ku kira telah ku mengerti, ketika Dia katakan, “Sunset
itu Indah ya…: dan aku juga katakan “Iya… memang indah”. Akhirnya ku paksakan
menanti, menemani senja, berharap bisa merasakan yang Dia rasakan, berharap
temukan yang ingin di temukanNya. Seakan ingin berkata, aku telah merasakan
sebelum engkau rasakan, aku telah temukan sebelum engkau temukan. Dalam
kesendirian, aku di kejutkanNya, sambil tersenyum dan berkata, “sudahlah,,
seharusnya Sunset itu memang indah”. Seakan melihat kesia – siaan atas semua
yang ku lakukan.
Seorang Gadis kecil
yang asik bermain dengan hempasan ombak tiba – tiba berbalik, dan tertawa
kearahku. Seakan paham akan kata yang baru saja ku dengar… “ Ya TUHAN…” refleks
mengantar ku bergerak memegang pergelangan gadis kecil itu. Hempasan ombak
hampir saja menyeretnya. “ Terima kasih mas “… Aku perhatikan bibir mungil
gadis kecil itu, tapi tak bergerak sama sekali. Hanya tarikan nafas begitu
cepat yang aku saksikan. Seolah merasa ketakutan yang luar biasa. Sepasang
tangan yang tertutup hingga pergelangan menyentuh bahu gadis kecil itu dengan
lembut, seolah tak terasa oleh gadis kecil yang mungil itu. Sepasang mata
bening dengan hiasan Alis tebal yang
melengkung indah menatapku. Kaku, Gugup, Mimpi, atau apalah namanya. Aku tak
bisa berkata apa – apa bahkan menjawabnya. Hingga kusaksikan Giginya yang Putih
dan tersusun rapi ketika ia mengulang kata yang kukira dari bibir mungil gadis
kecil itu... hambusan angin pantai dan hempasan ombak menyadarkan seolah
menegurku... ” nikmatilah milikmu sendiri”. Lalu ia berbalik dan melangkah
setelah ku membalas ucapan terimkasihnya. Sepertinya itu yang membuatnya lama
berdiri dalam ke tak berdayaanku. Hanya helai kain yang menutupi kepala dan sebagian
wajahnya yang membuatku mengenalnya suatu saat. Begitu serasi dengan rona
Sunset.
Aku lalu mengitari
waktu yang ku anggap terbuat untukku, atau juga ku buat sendidri. Entahlah,,,,,
Terlarut dalam
dekapan realitas semu, yang kuanggap ada, Terkagum dengan keindahan Sunset,
yang sebentar lagi akan hilang dalam dekapan malam, Asik dengan nyanyian
hempasan ombak yang hampir saja menelan kehidupan gadis kecil. Terbuai dengan
desiran angin nakal, yang menyibakkan pelindung kesucian,,,,,, ”Ahhh... Bagai mana aku akan mencarinya...
tanpa nama ia berbalik dan melangkah entah kemana”... Jerit ku.
Jeritan pilu atas
suatu pencarian diri yang hilang. Jerit kerinduan yang mempertemukan Hawa dan
Adam... Jeritan Majnun yang terpisah dari Laila.
Ku tilik dari tempat
Kukunya tumbuh, hingga tak terlewat sampai tumit. Tumit yang kusaksikan ketika
ia berbalik meninggalkan ku. Tanah manakah yang mendapat kemuliaan, karena
menjadi pijakan tapak Kakinya. Ku ikuti jejak itu, agar ku bisa memastikan
bahwa tak ada duri yang mengganggu dan membuatnya sakit, agar ku bisa berterima
kasih kepada tiap tanah yang rela jadi pijakannya, dan juga agar ku mendapat
percikan Kemuliaan dari tiap tanah yang menjadi jejak Kakinya...Berharap jejak
itu kan menuntunku ke arah yang kuinginkan, arah yang disana ku harapkan diriku
berada. Hingga tak ku tahu lagi telah berapa senja yang kulewati, hingga ku tak
peduli lagi dengan Sunset yang Dia katakan Indah.
Dan akhirnya
langkahku terhenti, karena tak kulihat lagi Jejak itu. Ku berusaha menyelinap ke
balik rerumputan, agar ku bisa menyaksikan Jejak yang kuharap menuntunku ke
arahnya... ” Ibu,,, ayah disini,, aku bersamanya,,, aku menemukannya,,, dia
bersembunyi di balik pohon ini,,, lihat Bu,, kemarilah... ”. Suara itu sangat
dekat denganku. Bahkan Pohon Yang dimaksudnya tepat di belakangku. Kulihat
Gadis kecil itu melambai, seperti mengharapkan seseorang mendekatinya.
Entah apa namanya,,
hanya satu yang kurasakan, seperti mendapat kekuatan baru dalam keletihan.
Jantungkupun begitu aktif, hingga detaknya seolah mebisikkan sesuatu. ”itu
gadis kecil yang lebih paham darimu tentang Sunset”. Gadis kecil itu mengganti
lambaiannya dengan menunjuk ke balik pohon ketika telah berada dalam gendongan
Ibunya. ”Ayah memang disitu,, menanti kita, ketika kembali”... suara itu
seperti tidak asing bagiku. Yaa... tidak salah lagi.. inilah pemilik kerudung
yang serasi dengan rona Sunset. Tapi mana ayah dari gadis yang ada dalam
gendongannya. Kenapa ia berjalan kearahku. Ku putari sekelilingku dengan
pandangan. Tak ada orang lain selain kami. Kulayangkan pikiranku, mengingat
kembali kejadian masa laluku. Tapi tak kudapatkan kejadian yang membuatku
amnesia, hingga ku lupa dengan anak dan istriku... :-) Tapi kini Gadis kecil
itu telah begitu dekat denganku, hingga kusaksikan dengan jelas. lengkungan
Alis indah, menghiasi Mata bening perempuan yang menggendongnya. ” Ayahnya
sudah dua tahun disini ” tatapannya jatuh ke samping ku disertai dengan
linangan air mata. Tampak jelas, itu linangan air mata kerinduan, linangan Air
yang karenanya seluruh mata air iri padanya, hanya karena ia lahir dari
kerinduan yang memuncak, sementara Air yang lain, merindukan puncak. Tujuh
jengkal dari tempatku berdiri, seonggok batu
dikelilingi batu lain yang lebih kecil, bagai struktur Tata Surya. ” ia
pergi ketika Belqis baru berumur 1 tahun”...
anganku berputar mencari waktu yang ia sebutkan. Dan akhirnya kudapatkan
ketika aku sedang asyk dengan tugas kuliah semsester pertengahan. Kuberusaha
mengingat wajah rekan – rekan ku saat itu, tapi sampai sekarang mereka masih
segar bugar, dan sibuk dengan kerjaan mereka masing – masing... ”sudahlah,
mungkin ayah Belqis tidak ada hubungannya dengan saya”, Pikirku. Dalam angan
ketak berdayaan ku, sesuatu hadir dlam diriku. Sebuah pertanyaan dan keheranan.
Orang yang mendekap Belqis ini begitu belia untuk menjadi seorang Ibu. Tapi apa
Sih yang tidak mungkin, bukankah Kemungkina itu selalu ada.. ? Dalam desiran
angin sepoi-sepoi, terselip suara yang begitu lembut, hingga tak kurasakan
sapuan angin yang bersamanya. ” Sejak Ayah dan Ibunya Pergi, Belqis
Menganggapku sebgai Ibu”..
Inilah sosok mulia
yang penuh kasih dan cinta yang tak terbatas pada ruang dan waktu, sosok impian
para pengagum realitas abadi, sosok penyempurna sayap sayap patah lukisan
kahlil gibran, semoga menatap qu dengan isyarat peleburan abadi dalam cawan
kemuliaan... ?
Sampai akhirnya Dia
kutemukan lagi denga Tubuh yang telah bungkuk, Tapi masih terasenyum sambil
berkata, Sunset itu Indah ya..... dan Aku tetap saja mengartikannya dengan
pemahaman yang dangkal.. Ya... Memang indah. Namun senja itu aku tak
menyaksikan Sunset yang dikatakannya indah..Hanya Wanita Beralis Tebal Dengan
Mata Bening, Pemilik Kerudung Serona Sunset yang duduk disampingku sambil
menatapku dengan senyuman yang membuat iri bidadari penghuni kayangan.. Karena
aku memilihnya......SEMOGA...... ?
hari ini aku
melihatmu seperti biasanya aku dapat mengenalimu dari kejauhan,cukup dengan
melihatmu berjalan dengan kepalamu tertunduk aku bisa mengenalimu.......yah
sikap itulah yang kadang membuatku mengutarakan beberapa pertanyaan tapi dengan
santai dan senyum yang datar kau menjawabnya "aku hanya menghitung
langkahku disaat aku berangkat dari rumah dengan begitu aku bisa tau berapa
jumlah langkah yang kuayunkan disetiap sadarku didunia ini"........saat
itu aku berpikir mungkin kau terlalu terlena dengan obsesimu ingin menjadi
seorang penulis.......dan sekarang setelah ia kembali ingin rasanya
kupertanyakan lagi,sudah berapakah langkah kakimu kau jejakkan didunia
ini?dengan kemampuanku yang minim dalam mengkalkulasikan angka akupikir,aku tak
mampu menghitungnya,mungkin hanya dia sendiri dan tuhannya yang
tau........dengan rasa keingin tahuanku tentangnya perlahan kucoba mendekat dan
bertanya"apa kabarmu?"Sekilas kumelihat dirinya begitu nampak
perubahan terjadi padanya........sejenak dalam hati,inikah akhir dari
perjalanannya yang berbulan-bulan itu???perkara apa yang telah kau lewati
hingga kau seperti ini?ingin rasanya pertanyaan2 itu kuutarakan langsung
padanya........
dan haripun terus
berlalu seperti biasa sampai kesempatan itupun hadir,ketika senja datang
menawar dengan indah,dimana aku dan dia sedang duduk dipinggir
pantai.......seperti percakapan umumnya mengawali pembicaraan kami yang
menurutku itu seperti nostalgia.........ingin rasanya kutumpahkan seluruh isi
kepala agar aku tak bingung lagi
merangkai berbagai macam pertanyaan yang tersimpan dalam otakku.......ingin
rasanya kuraih wajahnya kemudian
mengarahkannya kewajahku agar kubisa
menatapnya lebih dalam biar merasuk,melewati bening bola matanya,dengan begitu
mungkin aku bisa tahu sedikit rahasia
penyebab garis bundar kehitam2an
yang melingkar dikelopak mata
indahnya.........ingin rasanya kurebahkan kepalanya dalam pelukanku biar ia
merasakan degup jantungku yang kian tak beraturan berdampingan
dengannya..............
"bukankah
jingga diujung sana sangat indah"?tanyaku menyela keheningan diantara
kami........dengan ekspresi diam ia
hanya mengangguk pertanda membenarkan.......aku yang mengharapkan jawaban dari
mulut mungilnya semakin bingung dengan ekspresinya yang diam.......sejenak aku
berpikir mungkin ia sedang larut,lebur dalam panorama indah yang tersaji
didepan kami,disela-sela desiran ombak pantai anging mamiri yang terkadang
memecah kebisuan dimana ombak pantai anging mamiri terbilang keras dibulan
april.........
Dikejauhan tampak
dua orang anak kecil berlarian,yang satu perempuan dan yang satunya
laki-laki..........kemudian aku berpikir,sekiranya kami seperti kedua anak
kecil itu,yang berlarian,berkejaran tanpa ada kecanggungan yang menyelimuti
dunia sadar kami,yang begitu bebas dengan tingkah lucu dan kadang nakal.......
Tiba-tiba terdengar
teriakan yang tak pernah kuduga itu adalah dirinya......"Hari ini.....hari
ini kuikrarkan diriku untuk bebas,terbebas dari cintamu yang tak pernah
kumengerti"......setitik bening kecil menyerupai bola menyusuri matanya.......kemudian ia melanjutkannya
dengan kata semacam syair berdurasi
pendek......
Dulu....
Kau adalah rindu
yang tak bernarasi
Kau adalah getar
yang menghentak kalbu
Walau kutak mengerti
akan cintamu
Akan arti adaku
untukmu
Karena cinta telah
membutakanku
Lalu semua hilang
tanpa jejak yang harus kujejali
...................................
Dan sekarang
Diatas pasir yang
kupijak ini
Pada desiran ombak
pantai ini
Kucukupkan
ketidakmengertianku
Kucukupkan
kesia-sianku tuk mengenal cintamu
Biarlah cinta ini
terbang mengikuti angin
Biarlah..........
........................................................
Sejenak ia diam
kemudian melangkah mendekat kearahku,dengan senyum kecil menghias
dibibirnya.......senyum inilah yang sempat kuduga telah hilang dan tak akan
pernah kulihat lagi..............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar